Selasa, 26 Februari 2019

MY 26 Story



Raffan Al-Faridzy …
itulah nama yg kami ukir untuk putra kami, ketika itu aku masih mengandungnya sekitar tujuh bulan.

Kehamilan yg kunanti sejak janji pernikahanku di langsungkan pada tanggal 2 juni 2013. Aku sungguh menjaga bayi yg ada didalam kandunganku ini.
hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan telah kulalui dengan penuh rasa bosan, bosan karena harus terus menanti kehadiran Raffan didalam hidupku. Sedangkan didalam kandunganku, Raffan selalu memberikan gerakan gerakan manis yg misterius, membuat aku dan suamiku penasaran ingin segera bertemu. Walau terkadang mengeluh, namun aku terus menjalani kehamilanku dengan keceriaan.. apalagi ditambah dengan kondisi raffan yg selalu sehat setiap aku dan suamiku control setiap bulan.
aku selalu menginginkan persalinan normal, karena aku takut untuk melakukan persalinan Caesar.
Efek dari persalinan Caesar tidaklah sebentar, namun berbulan-bulan, bahkan bertahun tahun. Maka itu aku berusaha menjalani olahraga yg disarankan orang-orang, jalan pagi, mengepel jongkok, senam hamil dan tidak terlalu memanjakan tubuh, aku melakukan itu semua ketika usia kandunganku tujuh bulan sampai memasuki usia delapan bulan, namun ketika pertengahan bulan kedelapan aku mulai merasa semakin letih, aku memilih berhenti melakukan itu semua dan mulai tidak terlalu memporsir pekerjaan.

Namun semakin kunanti, Raffan tak kunjung menunjukan tanda ia akan lahir. Sedangkan para tetangga yg notabene hari perkiraan lahirnya sama sudah duluan melahirkan, ketika itu aku sudah mulai curiga.
namun kecurigaanku selalu di tepis semua orang dengan kenyataan memang belum limitnya Raffan lahir. Baiklah.. aku terus menghitung usia kandunganku..
ketika memasuki 8 bulan 2 minggu.. tak ada kontraksi
ketika memasuki 9 bulan.. Raffan masih anteng gerak-gerak di dalam perutku
akhirnya aku menyerah, kau berusaha mindset diriku untuk terus bersabar dan jangan gelisah. Karena jika memang pada usia kandunganku 9 bulan 10 hari yg jatuh pada tanggal 26 oktober 2014 Raffan masih belum menunjukkan tanda kelahiran, aku akan meminta suamiku mengantar ke bidan untuk induksi.
namun pada tanggal 22 oktober 2014 keluar bercak darah, pada saat itu aku tak merasakan kontraksi sama sekali, mulas-mulasnya pun standar, awalnya aku senang dan berharap segera melahirkan hari itu juga, namun harapanku kembali pupus, sampai keesokan harinya tak ada tanda-tanda kontraksi malah keluar bercak lagi. Dan itu terus terjadi sampai tanggal 25 oktober 2014 yg jatuh pada hari sabtu.
ketika itu mertuaku, ayah dari suamiku jatuh sakit dan ingin bertemu dengan suamiku, sebagai menantu aku juga ingin menengok mertuaku, awalnya suamiku melarang, namun aku yg sudah pasrah beralasan bahwa “ kalau memang waktunya melahirkan ya melahirkan aja, kan ada mas erdin? “ ucapku santai. Suamikupun akhirnya bersedia membawaku kerumah orang tuanya.

Dalam perjalanan ke rumah orang tua suamiku, aku merasakan mulas-mulas standar namun sering, karena sering mengalami mulas semacam itu aku mengabaikannya saja.
ketika disana.. aku mengalami bercak darah lagi, dan kali ini dalam sehari sudah dua kali mengalami bercak darah, padahal biasanya satu kali sehari.
akhirnya kami pulang sore, ketika itu aku benar benar lelah.
namun saat sebentar lagi sampai dirumah, temanku yg seorang bidan menelponku bahwa ia sudah di depan rumahku. Akhirnya aku menemani dia dulu, dia banyak memberikan informasi tentang melahirkan padaku sampai tak terasa jam 11 malam berdentang.
temanku yg bernama novantia itupun pamit. Dan saat itu aku benar-benar capek luar biasa.

Seketika aku pun tidur dengan pemikiran bahwa jika besok tidak ada kontraksi, jalan satu-satunya adalah induksi!
namun tiba-tiba tidurku terganggu, aku merasakan ada cairan keluar dari jalan lahir. Dan benar saja, spreiku basah seperti mengompol, aku segera bangun. Ketika itu jam menunjukan pukul 1 dini hari. Aku punya firasat bahwa air ketubanku merembes. Tapi mungkin hanya perasaanku saja, barangkali aku bener2 mengompol?
kemudian aku tidur lagi, belum lama tidur.. cairan itu keluar lagi, kali ini aku benar-benar merasakannya keluar dari jalan lahir. Keraguanku semakin menipis, aku membangunkan suamiku, suamiku bertanya apakah aku mulas, tepatnya aku tak merasakan mulas sama sekali.

Aku menyuruh suamiku tidur, aku masih meragukan hal ini, kemudian aku merasakan mulas, aku pikir ini karena memang aku belum makan malam, maka aku memasak telur untuk aku makan, namun ketika aku sedang memasak.. cairan itu keluar, merembes hingga ke kaki.
ini benar-benar air ketuban! Aku kembali membangunkan suamiku, aku mengatakan aku juga merasakan mulas, tapi masih jarang. Aku ingat kata mama, jika mulasnya sudah sering baru ke bidan. Aku makin bingung karena ketubannya merembes duluan sedangkan mulas yg aku rasakan masih lama jedanya, sekitar 30 menit tiga atau dua kali.
semakin aku bingung, air ketubanku merembes lagi.. kali ini berubah warna menjadi coklat.
aku pikir ketuban ini sudah bercampur darah..
hingga satu jam kemudian air ketuban yg merembes kini berwarna hijau.
seketika aku panik!

Pukul 4 pagi aku dan suamiku segera kerumah mama. Dengan sigap ayah dan mama membantu aku dan suamiku ke bidan.
kami berangkat segera, ketika itu perasaanku mulai nggak enak, aku mulai khawatir ditengah rasa mulas yg lumayan kuat terus kurasakan.
setibanya dibidan, aku mengatakan ketubanku sudah hijau. Bidan itu segera melakukan pengecekan bukaan, ternyata bukaannya baru bukaan tiga, dan ketubannya sudah hijau kental, dia tak bisa mengambil resiko, maka ia merujuk aku ke puskesmas.
ketika itu aku benar-benar khawatir, ini sudah tidak beres.. bagaimana keadaan Raffan didalam? Pikirku keras. Suamiku segera membawaku ke puskesmas. Setibanya disana bidannya segera melakukan pengecekan bukaan sama seperti sebelumnya.
bukaanku belum maju. Masih bukaan tiga. Dan air ketubanku hijau kental.. mereka juga tak bisa mengambil resiko.

Ketika itu aku benar-benar panik. Walau aku diam, pikiranku kacau balau. Meski detak jantung Raffan sangat normal, tapi penolakan sampai dua bidan begini benar-benar menandakan bahwa kandungaku sudah parah. Mereka membuat surat rujukan ke rumah sakit dan segera menelpon dokter, untuk segera melakukan tidakan Caesar.
sekali lagi kutulis dengan font capslock TINDAKAN CAESAR
serius! Aku mau menjerit!!! Itu adalah mimpi buruk yg selalu ingin aku hindari! Pisau bedah, ruang operasi, dan… pokoknya Caesar itu mengerikan!!!
aku ingin keras kepala menolak semua itu, tapi bagaimana keadaan Raffan? Aku merasa seperti akan dijebloskan ke lubang yg dalam dan aku tak bisa memilih aku harus melompat atau aku berlari?
aku benar-benar tak punya pilihan.
bidan itu menjelaskan, bayiku sudah lama berusaha keluar, namun bukaannya berjalan lambat, maka itu dia stress dan akhirnya pup didalam, itu yg menyebabkan air ketubanku hijau.
Penjelasan itu sama sekali tidak bisa membuat aku tenang, perasaanku tak menerima itu semua. Aku merasa sangat bersalah, bersalah pada putraku sendiri.
ketika suamiku hendak membawaku kerumah sakit, aku tak sanggup lagi menahan air mataku, aku menangis, menangis keras malah.
apa yg kulakukan membuat suami dan orang tuaku semakin panik. Aku berdosa pada anakku sendiri sehingga ia harus mengalami hal berat seperti ini. Aku takut kehilangan Raffan.. sungguh!!
orang tuaku, suami dan bidan puskesmas berusaha menenangkanku, walau tangisanku berhenti hati ini tetap sedih dan takut, takut kehilangan Raffan dan takut menjalani operasi Caesar.

Perjalanan dari puskesmas ke rumah sakit sebenarnya cukup jauh, RSIA Tumbuh Kembang itu berada di daerah cimanggis, tepat disamping Giant Cimanggis. Ketika itu perjalan kami cukup lancar karena memang masih sepi lantaran masih setikar jam 5 pagi dan hari itu jatuh pada hari minggu.
dalam perjalanan kesana, suamiku terus mensupport aku, aku lupa dia bilang apa.. tapi cukup membuat aku tenang, kalo tidak salah dia sampai membuat guyonan segala deh.. hahaha!
pukul 6 pagi aku tiba disana. Aku segera masuk ke ruangan ugd.
suster yg menanganiku menyayangkan ketubannya hijau sedangkan aku mengalami mulas teratur, “coba kalo enggak hijau, bisa normal nih bu” ucapnya.
ketika itu perasaanku sudah lelah, aku sudah memasrahkan semuanya pada Allah SWT. Jika memang begini jalannya, aku memohon semoga dilancarkan.
suster itu mulai melakukan rekam jantung Raffan, detaknya sangat normal, bahkan masih sempat bergerak pula. Suster itu bilang aku akan menjalani operasi pukul 7 pagi, dengan dokter Agus. I don’t care anymore! Aku hanya ingin anakku lahir dan segera melepaskannya dari air ketuban yg sudah tercemar itu, kalo Raffan meminumnya dia bisa mati!
aku hanya ditemani mama, ayahku menjaga tas diluar ruang ugd sedangkan mas Erdin sibuk mengurus administrasi. Mama terus mensupportku, aku tenang ada mama ketika itu.

Aku meminta mama untuk memanggil mas Erdin, aku mau bertemu dengannya sebelum masuk ruang operasi, suamikupun datang.. ia membelaiku sambil mengatakan urusan administrasi sudah beres,dia memintaku untuk tenang aja, sebenarnya bukan itu yg ingin kudengar dari mulut mas erdin, aku ingin dia mensupportku dan meyakinkan ku kalo aku bisa, tapi… yasudahlah, cowok memang kadang kurang peka hahaha!
pukul 7 berdetang, para suster berdatangan untuk membawaku keruang operasi, rasa mulas itu terus terasa seiring perasaan takutku, biar aku sudah pasrah tetap aja masih takut.

Saat memasuki ruang operasi, suamiku dan mama menunggu diluar, didalam aku mengganti baju dasterku dengan pakaian operasi berwarna hijau tua. Kemudian datang seorang dokter yg lumayan tua mengantarku kedalam seraya menanyakan kenapa aku operasi, aku jawab karena ketubannya hijau, pikirku dia cuma basa basi.
aku sudah ditunggu beberapa dokter di dalam, dokter Agus yg mana aku juga nggak tahu, mereka pakai masker semua, ada sekitar lima sampai enam dokter yg menangani operasiku, dan dua diantaranya perempuan dan sisanya tentu saja laki-laki.
kemudian dokter bius mulai memberikanku pengarahan bahwa aku akan dibius setengah badan dari perut sampai kaki, aku takkan merasakan sakit tapi rasa di operasinya masih ada. Dan iapun mulai menyuntikan obat bius itu ketulang belakang ada sekitar tiga suntikan, kemudian selang oksigen mulai ditempelkan ke hidungku, ada seorang dokter bertanya nanti bayinya mau dikasih liat dulu apa langsung tidur aja, aku minta aku mau lihat dulu.
kemudian setelah biusnya bekerja mereka mulai melakukan tindakan operasi, emang nggak sakit banget, tapi tetap aja aku merasakan sakit! Perasaan perut di robek trus di udet-udet begitu berasa banget! Hadeehh… dokter-dokter itu terus menerus menyuruhku rileks, tapi aku tak bisa rileks orang sakit paak! Sampai 10 menit kemudian perutku isinya terasa ditarik blup-blup-blup
seketika terdengar tangisan bayi keras banget, dokter bilang bayiku laki-laki, dan ia menunjukan Raffan yg berkulit membiru menangis keras dibalik tirai yg menutupi pandanganku dari perutku, hatiku sungguh bahagia.. anakku menangis keras ketika lahir berarti dia sehat. Raffan segera dibawa salah satu dokter wanita ke ruangan berbeda dariku, hanya terdengar tangisannya samar.
tapi operasi yg kujalani tak berheti sampai situ. Luka caesarnya harus ditutup, hadeehh rasa ngilunya makin-makin! Akhirnya aku disuntik tidur
barulah saat itu aku tak sadar, taunya operasinya sudah selesai, dokter perempuan itu memakaikan aku pakaian dan selang pipis kemudian membersihkan serta mempersiapkan semuanya kemudian mengeluarkan aku dari ruang inti operasi.
disana mama dan mas erdin sudah menantiku, mereka bilang anakku lucu dan tampan, pipinya ada lesungnya kanan kiri, aku tak bisa membalas ungkapan senang mereka, karena efek bius tadi masih kuat aku hanya bertanya dimana anakku? Mereka bilang lagi di incubator. Pikirku mereka curang bisa melihat lebih lama, aku bahkan 5 detik pun tidak, huft.

Aku dibawa ke ruang pasien, masih sayup sayup aku membuka mata, tapi masih saja pusing. Ketika aku sudah dikamar rawat kesadaranku berangsur angsur pulih. Aku masih mempertanyakan keberadaan Raffan, ayahku, mama dan mas erdin bilang Raffan masih di incubator, yaahh… padahal kan aku belom lihat jelas, suamiku bilang Raffan sudah dia Adzan-in dan mama sama ayah pamit mau mengurus ari-arinya Raffan. Merekapun pulang.

Aku meminta mas Erdin untuk mengambil foto Raffan supaya aku bisa melihatnya dengan jelas, iapun mengambil handphone dan segera memfotonya dan segera membawakannya padaku, ternyata Raffan memiliki mata yg kecil, sipit deh.. trus mulutnya besar, hidungnya mancung dan memang ganteng kata mas Erdin, Raffan harus menjalani tes darah dulu, jika sehat baru diberikan ke aku. Tes darahnya sekitar jam 11an, sedangkan sekarang baru jam delapan, huft..
lalu suamiku mau membeli sesuatu, aku lupa sich.. pokoknya dia meninggalkanku sendiri. Dan pukul 10 suster membawa sebuah kereta box bayi yg isinya Raffan!!
katanya Raffan sudah menjalani tes darah dan dia sehat!
Alhamdulilah…
dan ketika suster meletakkan Raffan disampingku, ketika itulah aku baru benar-benar melihat anakku, Raffanku sayang ketika itu bertubuh mungil, beratnya hanya 2.9kg, bibirnya rada monyong dan merah, kulitnya putih dan keseluruhan dia tampan..
ketika ku peluk Raffan malah sibuk menempel ke dasterku, ternyata dia haus!
Raffan haus dan aku belum bisa menyusuinya karena aku masih sulit bergerak, akhirnya aku dan Raffan terdiam dalam posisi seperti itu, seraya mengucap syukurku kepada Allah SWT, yg telah memberikan ku karunia terindah pada tanggal 26 Oktober 2014. Rasanya ingin menangis terharu namun tangisan itu terhapus oleh senyum yg penuh rasa syukur dan kebahagiaan yg sangat dalam.

Terima kasih sudah hadir di dalam hidupku Raffan…
terima kasih atas perjuanganmu wahai putra kebangganku, jadilah anak yg sholeh, berbakti pada orang tua serta jadilah anak yg memiliki hati yg baik ya…
sekarang Raffan sudah satu bulan lebih, beratnya sudah 4.5kg, menyusunya kuaaat banget. Dan pipinya sekarang udah banyak hehehe, semoga.. Raffan terus tumbuh sehat.
Amin…
We Love You Fan!



Depok, 09 Desember 2014

Mom of Raffan



I repost this from my wordpress blog just for remind me how much I love when he came to my life. and then for you my little prince, jika suatu hari kamu melihat tulisan mama.. mama cuma ingin kamu tahu betapa mama sangat menginginkanmu di dunia ini. kamu adalah karunia terindah yg diberikan Allah SWT buat mama dan ayah.

0 komentar:

Posting Komentar